Suatu hari aku ngobrol dengan seorang teman tentang panggung sandiwara sosial media. Apakah jalani hidup apa adanya, tampil apa adanya tanpa syarat dan ketentuan di era sosial media ini sungguh sulit? Sosial media ini memang bagai dua sisi mata pisau. Sosial media dunia penuh pencitraan bahkan kepalsuan. Apa yang kita lihat tak sepenuhnya benar. Kadang ‘demi konten’ siapapun rela melakukan apapun agar se ‘menarik perhatian’ mungkin. Agar banjir komentar, love love berterbangan dan siapa tau beruntung bisa viral.
Mungkin kamu pernah dengar cerita tenang seorang yang ternyata punya utang ratusan juta hanya untuk jalan-jalan. Demi apalagi kalau bukan demi eksis di laman instagramnya. Agar terlihat ‘wah’ bisa jalan-jalan ke berbagai negara. Nah, siapa yang menyangka ternyata dia jalan-jalan dari duit hutang.
Aku sendiri juga punya cerita tentang pandangan orang terhadapku karena melihat sosmedku. Aku, aku saja yang menurutku sudah tampil apa adanya, biasa saja di sosmed, tak sedikit teman-teman nan jauh disana, menganggap hidupku ini indah sekali, kaya dan mewah.
Hanya karena keberuntungan-keberuntunganku bisa menjajal berbagai fasilitas mewah seperti hotel, restoran dan tempat wisata. Lalu, apa coba? Tak sedikit teman-teman tiba-tiba dm pinjam uang. Bahahhaa dikiranya aku kaya raya kali ya. Padahal sama saja, hidupku juga penuh perjuangan seperti kalian.
Jujur saja di sosmed aku ini tipe yang tidak peduli tentang follower, tanpa follower palsu. Semua aku jalani hidup apa adanya. Follower ya apa adanya, kontenya ya tanpa kepura-puraan, tanpa tedeng aling-aling. Karena dengan begini, dengan jujur pada diri sendiri hidupku nyaman dan tenang.
Bayangkan saja jika harus beli folllower palsu. Harus mengeluarkan uang sekian sekian untuk beli follower, itupun kabarnya setelah beberapa jangka waktu follower menurun . Lalu harus menata feed semenarik mungkin. Bahkan rela gak makan demi bisa jalan ke tempat hits lalu foto dan upload instagram. Rela gak makan yang penting bisa beli baju kece biar difoto cakep. Hmm…rasanya diperbudak sosmed sekali.
Belum lagi mikirin keseimbangan antara follower dan yang ngelike dan yang komen. Masa iya follower 20K yang ngelike cuma 20 orang dan yang komen cuma 2 orang. Keliatan banget palsunya kan? Akhirnya cari cara lagi biar love dan komennya banyak. Sosmed begini penuh dengan kepalsuan.