Saat itu aku punya keponakan umur 3 tahun di Yogyakarta yang sedang aktif-aktifnya
bertanya. Suatu hari keponakanku bertanya pada bapaknya (kakakku) "Bapak... Semua itu punya manfaat yah ? Trus,
yang gak punya manfaat apa dong...?"
Entah sengaja atau bercanda kakakku menjawab "Tu... tuu... ada... Manusia yang gak ada manfaatnya itu tantemu itu..." Sambil menunjuk ke arahku. Jleb!!!!! Rasanya seperti tertusuk sembilu. Kakakku yang pertama ini memang sarjana tapi kadang rada-rada. Maksudnya apaaaaaaaa gitu. Salahku apa gitu. Padahal itu baru sekalinya aku menginap di rumahnya untuk mengikuti ujian seleksi masuk universitas.
Mungkin dia merasa terancam apa ya kalau aku kuliah bakal nyusahin dia dan lain sebagainya. Tapi... Begitu aku dinyatakan di terima di universitas, aku bersumpah untuk tidak pernah menyusahkan siapapun termasuk Bapakku. Ya, diijinkan untuk pergi mendaftar kuliah saja aku sudah bersyukur. Lalu di terima di universitas itu artinya aku harus siap dengan segala resikonya. Resiko ngkos di kos sederhana, puasa senin kamis dan hidup dengan apa adanya. Dan yang terpenting belajar sungguh-sungguh.
Meski Bapak selalu berusaha memenuhi biaya SPP ku setiap semester tapi aku selalu berusaha mencari uang saku sendiri untuk kos dan makan setiap hari. Seperti dengan menulis dan dikirim ke media, karena menulis adalah satu-satunya kerjaan yang bisa aku lakukan sambil kuliah tanpa mengganggu jam kuliah.
Entah sengaja atau bercanda kakakku menjawab "Tu... tuu... ada... Manusia yang gak ada manfaatnya itu tantemu itu..." Sambil menunjuk ke arahku. Jleb!!!!! Rasanya seperti tertusuk sembilu. Kakakku yang pertama ini memang sarjana tapi kadang rada-rada. Maksudnya apaaaaaaaa gitu. Salahku apa gitu. Padahal itu baru sekalinya aku menginap di rumahnya untuk mengikuti ujian seleksi masuk universitas.
Mungkin dia merasa terancam apa ya kalau aku kuliah bakal nyusahin dia dan lain sebagainya. Tapi... Begitu aku dinyatakan di terima di universitas, aku bersumpah untuk tidak pernah menyusahkan siapapun termasuk Bapakku. Ya, diijinkan untuk pergi mendaftar kuliah saja aku sudah bersyukur. Lalu di terima di universitas itu artinya aku harus siap dengan segala resikonya. Resiko ngkos di kos sederhana, puasa senin kamis dan hidup dengan apa adanya. Dan yang terpenting belajar sungguh-sungguh.
Meski Bapak selalu berusaha memenuhi biaya SPP ku setiap semester tapi aku selalu berusaha mencari uang saku sendiri untuk kos dan makan setiap hari. Seperti dengan menulis dan dikirim ke media, karena menulis adalah satu-satunya kerjaan yang bisa aku lakukan sambil kuliah tanpa mengganggu jam kuliah.