Ramadhan tahun ini bagi saya berbeda dengan Ramadhan tahun lalu, karena pada Ramadhan tahun ni benar-benar full target. Selain target beribadah saya juga memiliki target dalam financial. Bagaimana caranya membuktikan pada Ibu, bahwa saya ini telah mandiri, mampu dan sukses. Agar Ibu berhenti memaksa saya, merong-rong saya untuk menjadi “Mubalig” atau penceramah. Bagi Ibu profesi saya sebagi penyiar radio tidaklah bagus, tidak mapan. Meskipun setiap bulan saya selalu mengirim Ibu sejumlah uang, agar ibu percaya bahwa profesi saya ini benar-benar menghasilkan, tetap saja setiap kali telepone selalu berujung pada perdebatan dan membuat saya marah, ibu selalu berkata;
“Nduk, dihafalkan tu dalil-dalil, ibu ki pengen kamu jadi mubalighoh, mubaligoh ki duite banyak”
Entahlah apa yang membuat ibu berfikiran seperti itu, dan yang paling membuatku kaget adalah bisa-bisanya Ibu bilang “Mubalinghoh iku duite akih” sampai segitukah ibu menginginkan hidupku bahagia?? Apa uang yang menjadi ukuran bagi ibu saya?? Mungkin itu. Saya tak pernah mendengar ibu memberikan omelan atau menuntut kakak-kakak perempuan saya untuk bekerja atau menjadi apapun yang beliau inginkan, mungkinkah karena mereka sudah menikah dengan pria yang kaya, yang mampu mencukupi hidup mereka, yang setiap kali lebaran selalu memberikan hadiah baju yang mahal pada Ibu, yang mampu pulang kampung dengan segepok uang, yang mampu membeli baju dan perhiasan yang mahal-mahal??
Entahlah, saya tidak tau persis, dan semoga tidak benar. Kalaupun itu benar saya sudah menyiapkan target pada bulan Ramadhan ini. Ramadhan ini saya harus bekerja keras demi mendapatkan uang yang banyak untuk persiapan mudik. Agar bisa memberikan uang lebaran yang lebih besar dari yang kakak-kakak saya berikan, agar bisa membelikan baju yang lebih indah dan lebih mahal seperti Abaya Full Payet Dubai, Abaya Motif atau Gamis Renda, Ibu sangat memimpikan baju-baju mewah yang ia lihat dilayar TV .
Entahlah, saya tidak tau persis, dan semoga tidak benar. Kalaupun itu benar saya sudah menyiapkan target pada bulan Ramadhan ini. Ramadhan ini saya harus bekerja keras demi mendapatkan uang yang banyak untuk persiapan mudik. Agar bisa memberikan uang lebaran yang lebih besar dari yang kakak-kakak saya berikan, agar bisa membelikan baju yang lebih indah dan lebih mahal seperti Abaya Full Payet Dubai, Abaya Motif atau Gamis Renda, Ibu sangat memimpikan baju-baju mewah yang ia lihat dilayar TV .
Demi itu semua, saya lakukan apapun pekerjaan yang halal diluar pekerjaan saya sebagai penyiar. Saat malam hari Saya menulis untuk semua kolom media yang membuka kesempatan untuk kiriman dari pembaca. Saya juga menghemat pengeluaran pribadi selama Ramadhan, Pagi hari setelah sahur saya sudah mulai bekerja siaran Radio. Siang hari sampai sore hari saya pun menerima tawaran menjadi MC acara-acara off air selama bulan Ramadhan.
Pada Ramadhan hari pertama saya sudah mulai ngeMC di pengajian acara Indahnya berbagi dan Buka bersama anak-anak Yatim Piatu Al-Hikmah Sleman Yogyakarta. Acara pengajian ini juga dihadiri masyarakat ibu-ibu sekitar, meski cuaca hujan mereka yang sebagian sudah lanjut usia tetap semangat mendatangi majlis taklim. Hmm jadi teringat ibu saya dirumah yang juga selalu semangat mengaji.
Di suasana sore yang rintik-rintik itu Ibu Dr. Das Salirawati atau yang kita kenal Wati Salsabila Standup Comedian yang sering muncul di Metro TV itu mampu memberikan suasana hangat dan akrab serta tak ketinggalan aksi comedinya yang lucu. Selain memberikan semangat spiritual keagamaan, Wati Salsabila dengan cara bicaranya yang mampu mengocok perut itu juga memberikan satu penjelasan mengenai “Kerokan” satu aktivitas yang mungkin orang lakukan saat masuk angin. Sebagai Dosen pendidikan Kimia UNY yang berhasil meraih gelar Doktor Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (PEP) ini beliau juga memberikan penjelasan gamblang tentang kerokan dari segi kesehatan serta batas batasnya.
Lagi deh, teringat Ibu dirumah yang dulu ketika saya sakit pasti ngerokin saya waktu kecil dengan bawang merah dan minyak kayuputih, saya menahan sakit dan ibu sambil bercerita supaya gak terlalu terasa, terus ngerokin saya.
Hmmm ditengah lamunan saya mengingat ibu, ada seorang anak Yatim piatu yang juga hadir dalam acara, tertidur begitu nyenyaknya J sang fotografer pun mulai usil memotretnya. Dia satu diantara banyak anak-anak yang tidak memiliki Ayah dan Ibu alias yatim piatu, aku pun mulai sadar betapa aku ini harus selalu bersyukur memiliki keluarga lengkap.
Tak terasa waktu berlalu, tibalah sesi Icebreaking mengajak adik adik dari panti asuhan bersenang-senang. Saya dan Bara selaku MC memulai mengajak adik-adik game yang berjudul “JIKA-MAKA” kami membagi adik-adik dari panti asuhan yang berjumlah 20 menjadi 2 kelompok. Satu kelompok pertama bernama kelompok JIKA dan satu kelompok kedua bernama kelompok MAKA. Tugas masing-masing kelompok JIKA adalah membuat kalimat pendek yang berawalan JIKA dan tugas masing-masing anggota kelompok MAKA juga membuat kalimat pendek berawalan MAKA.
Setelah semuanya selesai menulis kalimatnya pada selembar kertas HVS dari panitia. Saya dan Barapun memulai permainan, dengan memanggil satu persatu dari masing-masing kelompok JIKA dan MAKA untuk membacakan kalimat yang telah mereka tulis. Apa jadinya ya kalau dua
kalimat itu bersatu hehehee..
Satu pasang peserta pertama maju. Membacakan yang mereka tulis
JIKA : Jika aku punya duit banyak
MAKA: Maka aku akan berlari kencang
Lanjut sepasang peserta kedua
JIKA: Jika Buka puasa tiba
MAKA: Maka aku akan potong rambut
Lanjut lagi sepasang peserta ketiga yang sempat membuat tertawa
JIKA: Jika aku menjadi polisi
MAKA: Maka aku akan tertawa
Lanjut lagi sepasang peserta ke empat yang kebetulan cocok dan sempat
kalimatnya membuat suasana haru adalah
JIKA: Jika aku bertemu Ibu
MAKA: Maka aku akan menari
Saat kalimat “Jika aku bertemu Ibu Maka aku akan Menari” ini dibacakan sejenak membuat para hadirin dan juga semua yang ada disana tertegun, namun saya tak ingin menambah kesedihan adik sang pembuat kalimat “JIKA aku bertemu Ibu” itu larut dalam kesedihan karena saya tau betapa mungkin ia ingin bertemu Ibunya yang telah melahirkannya. Sayapun langsung mengajak semua yang ada disana untuk memberikan tepuk tangan yang meriah karena kalimatnya cocok. Kemudian lanjutlah sampai pasangan JIKA MAKA yang kesepuluh, hingga pemilihan kalimat yang kebetulan cocok yang akan mendapatkan hadiah.
Terpilihlah dua pasang kalimat yang menjadi pemenang dalam game ini yaitu: Jika aku jadi polisi maka aku akan tertawa dan Jika aku bertemu Ibu maka aku akan Menari.
Merekapun masing-masing mendapatkan hadiah spesial dari panitia. Ditengah keseruan bermain game bersama adik-adik yatim piatu dari panti asuhan al-hikmah ini, aku benar-benar menahan harus, entah mengapa saat mendengar kalimat “Jika aku bertemu Ibu maka aku akan menari” aku ingin benar-benar menangis rasanya seperti ditampar. Saat banyak anak tak memiliki ibu di usianya yang masih kecil, mengapa aku ini yang dirawat, disayang dan memiliki orang tua lengkap sampai dewasa ini sering mengecewakan mereka.
Terpilihlah dua pasang kalimat yang menjadi pemenang dalam game ini yaitu: Jika aku jadi polisi maka aku akan tertawa dan Jika aku bertemu Ibu maka aku akan Menari.
Merekapun masing-masing mendapatkan hadiah spesial dari panitia. Ditengah keseruan bermain game bersama adik-adik yatim piatu dari panti asuhan al-hikmah ini, aku benar-benar menahan harus, entah mengapa saat mendengar kalimat “Jika aku bertemu Ibu maka aku akan menari” aku ingin benar-benar menangis rasanya seperti ditampar. Saat banyak anak tak memiliki ibu di usianya yang masih kecil, mengapa aku ini yang dirawat, disayang dan memiliki orang tua lengkap sampai dewasa ini sering mengecewakan mereka.
Hanya mendengar keinginan orang tua yang tidak cocok dengan keingininan saya saja sudah muring-muring. Bukankah harusnya saya minimal mendengarkan saja, membuatnya tidak kecewa meski saya tak mampu mewujudkannya??. Sungguh bertemu dengan mereka Anak-anak yatim piatu, membuatku semakin bersyukur.
Tanda waktu magribpun tiba, Saya dan Bara selaku MC kembali mengajak adik-adik untuk berbuka puasa bersama. Melihat mereka bisa berbuka dengan lahab rasanya senang sekali, terbayang apa jadinya jika posisi kita berada di mereka sekarang yang sedari kecil sudah tak memiliki orang tua, hidup di panti asuhan, hidup bersama teman-teman.
Setelah mereka berbuka bersama dilanjutkan sholat magrib bersama, mereka pun pamit pulang ke Rumah mereka untuk melanjutkan aktivitas tarawih. sebelum mereka pulang panitia memberikan mereka sedikit bingkisan yang bisa dimanfaatkan oleh mereka.
Setelah mereka berbuka bersama dilanjutkan sholat magrib bersama, mereka pun pamit pulang ke Rumah mereka untuk melanjutkan aktivitas tarawih. sebelum mereka pulang panitia memberikan mereka sedikit bingkisan yang bisa dimanfaatkan oleh mereka.
Dari Acara ini, bertemu dengan anak-anak yang lucu, riang bahagia meskipun mereka tak memilik orang tua, tapi saya yaqin dihati mereka selalu merindukan yang namanya Orang Tua Ayah dan Ibu. Kalimat yang kebetulan cocok dalam game "JIKA aku bertemu Ibu, MAKA aku akan menari" benar-benar telah menyadarkanku betapa aku yang masih memiliki Ibu ini harus merawatnya dengan sangat baik, menghiburnya dan memberikan yang terbaik baginya.
Semoga target saya dibulan Ramadhan ini tercapai untuk membuat orang tua saya terutama ibu bangga. Tak akan lagi ku marah saat Ibu memaksa apa saja, akan ku mengerti keinginannya. Idul Fitri nanti saat ku Mudik akan ku minta maaf dan mencium kaki Ibu yang tak pernah lelah berdo'a untuk anak-anaknya.
Tulisan ini diikutsertakan untuk GA dalam rangka Ramadhan Giveaway dipersembahkan oleh Zaira Al ameera, Thamrin City blok E7 No. 23 Jakarta Pusat.
12 comments
yaps.. selagi kita masih punya orang tua, hendaknya kita berbakti pada mereka..
ReplyDeleteHmm iya mbk... Aku bersyukur :-)
ReplyDeleteKadang sesuatu yg sederhana bs mengingatkan kita pada sesuatu yg besar :-)
bikin mewek mbak ceritanya.. T_T
ReplyDeletekadang kita gak tahu betapa berharganya apa yang kita miliki sekarang ya.. dan semoga kita jadi tahu kalau apa yang kita miliki ini berharga tanpa perlu merasakan kehilangnnya dulu.
mbk Uul iya mbak betul sekalii :-)
ReplyDeletehihihi... lucu juga ya permainan jika - maka nya :)
ReplyDeleteMaaf mba saya ga tau ini postingan genre apa, senang atau mengharukan, tapi air mata saya tiba2 memenuhi kelopak mata, *ahh batal tdk ya puasa saya??
ReplyDeleteTerharu juga kalau mendengar kisah2 hidup anak2 yatim.
Mba, saya boleh contek game jika-maka nya kan?
@Santidewi
ReplyDeleteHehehe iya mbak lumayan buat menghibur mereka sambil nunggu adzan magrib tiba :-)
@Rizkifitriasari
Hehee gak jelas ya mbk tulisanku? aku memang gitu kalo nulis asal nulis gak pake genre hehehe iya mbk monggo gpp bebas :-)
saya terhanyut deh bacanya. jadi nangis. hiks. hehe. terima kasih partisipasinya
ReplyDeletesangat mengharukan mb Icha, jadi pengin meluk erat2 ibuku :'(
ReplyDeleteSalam kenal, selamat jadi pemenang ya :D
ReplyDelete@Mak Karina...
ReplyDeleteMakasih ya sudah sudi membaca, hukzz semakin membuat aku terharu lag karena tulisan ini jd juara 1. Makasih ya maaakk muAaahh poyuuukkk :-D
@Uiniek
Yuk yuk pelukin erat ibu kita :-)
@hana
Makasih mb.. Sama sama... Salam kenal juga :-)
Tulisannya baguuuss, pantes banget jadi pemenang ^^
ReplyDeletesalam kenal, mba :)
Silakan komentar