Emang boleh, emang boleh jadi se-Pahlawan UMKM gini? 😍
Jujur saja tidak mudah bagi aku yang selama ini tinggal di kota besar Jakarta, bekerja tiap hari, aktif dan mendapatkan gaji tiap bulannya, lalu tiba tiba harus pindah ke kota kecil di desa kelahiranku dan tidak bekerja. Bayangkan huhuhuu… Yup, aku harus mengikhlaskan diri untuk pulang ke kampung halaman, karena harus menemani Ibu yang sendirian di hari tuanya.
Aku tidak bisa diam saja dong di kampung halaman, aku harus menghasilkan uang, tabunganku tidak banyak hanya cukup untuk hidup beberapa bulan kedepan, aku sudah berusaha melamar jadi guru atau apa saja, tapi aku sangat shock melihat gaji yang akan aku terima, gaji sebulan hanya bisa buat jajan kopi gula aren 10-12 kali aja.
Otakku berputar lagi kalau aku kerja yang full time, ibu juga nanti gak ada yang nemani dan waktuku habis. Kalau jualan makanan, ya Allah aku gak bisa masak apapun. Sampai akhirnya aku terfikirkan untuk jualan aksesoris dan sejenisnya.
Tanpa pikir panjang dengan bekal uang 500 ribu aku berangkat ke Pusat Grosir Surabaya untuk kulakan ikat rambut bando dan aksesoris lainnya. Dengan uang 500 ribu ini aku buka jualan aksesoris yang memanfaatkan garasi di rumah, kebetulan rumahku pinggir jalan dan samping kanan kiri ada penjual bakso, minimarket dan lain lain.
Awal membuka usaha hanya bisa 1-2 papan barang saja yang aku tempel di tembok. Alhamdulillah dalam waktu satu bulan, ada aja yang datang untuk membeli. Tapi, banyak yang datang yang dicari tak ada. Misal ada yang nanya cermin, ada yang nanya tumbler ada yang nanya mainan. Dalam hatiku "Wah ini prospek banget artinya kalau banyak yang datang dan nyari" lalu terbesit untuk mengembangkan usaha ini, tapi lagi-lagi modal kendalanya.
Akhirnya tak sengaja aku cerita ke saudara dan disarankan untuk ajukan pinjaman KUR BRI karena ini sudah terbukti membantu masyarakat Indonesia dalam mengembangkan usahanya. Yups program Kredit Usaha Rakyat (KUR) telah terbukti membantu permodalan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Bank BRI, adalah bank penyalur KUR terbesar di Indonesia loh.
Dan aku langsung mencari tau soal pinjaman KUR ini. Aku mulai mengukur diri memprediksi dan menimbang-nimbang semuanya. Hingga akhirnya aku memutuskan mengajukan pinjaman KUR untuk mengembangkan usahaku selangkah lebih maju.
Nah kamu juga bisa mengecek beberapa pilihan KUR dari Bank BRI disini
Mengapa 2 tips diatas penting? agar apa yang sudah kita usahakan minim resiko seperti tidak laku, sepi, bahkan bangkrut. Juga meminimalisir beban pembiayaan kita. Kalau cicilan yang kita ambil sesuai dengan pemasukan yang kita dapatkan maka kita bisa dengan ringan dan lancar membayar cicilan.
Kalau usaha kita tidak diperhitungkan, bisa jadi rugi, gak dapat pemasukan nanti jadi beban bayar cicilannya. So perhitungkan dan perkirakan semuanya ya.
Untuk mengajukan KUR BRI juga tidak sulit. Beberapa hal yang harus disiapkan adalah
1. Siapkan Nomor Induk Berusaha (NIB) atau Surat Keterangan Usaha Mikro dan Kecil yang diterbitkan oleh RT RW, kelurahan/desa, atau pejabat yang berwenang dan atau surat keterangan yang dipersamakan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
2. Siapkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang dibuktikan dengan kartu identitas berupa eKTP atau Surat Keterangan Pembuatan e-KTP.
3. Siapkan NPWP untuk limit di atas Rp50 Juta
FYI aku baca di detikfinance kalau BRI Untuk Indonesia ini menjadi bank penyalur KUR terbesar di Indonesia lho. Tau gak, hingga Triwulan III tahun ini saja, debitur baru KUR BRI telah tumbuh melampaui target yang ditetapkan pemerintah. Pada periode Januari-September 2023, BRI telah berhasil menaikkan kelas pelaku usaha sebanyak 2,3 juta debitur. Wow! BRI Untuk Indonesia sangat membantu sekali, benar benar menjadi Pahlawan UMKM
Dan aku salah satu yang beruntung bisa mendapatkan pinjaman dari KUR Bank BRI. Dengan pinjaman ini aku mulai menambah barang-barang jualanku. Agar yang berbelanja kesini tidak kecelek saat datang ke toko aku.
Toko aku yang awalnya hanya ada 2 papan barang aksesoris, kini mulai jadi ada tambahan mainan, alat tulis dan keperluan kado. Dengan bertambahnya barang-barang baru ditoko bertambah pula pengunjung di toko setiap harinya. Terutama saat akhir pekan dan tanggal muda. Aku tidak menyangka, Alhamdulillah.
Dengan banyaknya pengunjung, akupun jadi bisa lebih banyak mengumpulkan modal lagi. Yang sebelumnya hanya setengah dari garasi rumahku yang lumayan cukup luas ini, dengan hasil dari banyaknya penjualan, aku bisa nambah barang lagi, pasang cermin besar dan kini jadi penuh seluruhnya garasi rumah aku.
Pembeli jadi semakin leluasa berbelanja dan punya pilihan belanja yang banyak.
Jika selama ini aku hanya menjadi pembaca, penonton kisah kisah para umkm tumbuh dan mengembangkan usahanya. Kini aku menjalaninya sendiri, mengalaminya sendiri. Mulai dari membuka jualan yang kecil, dari tidak ada yang beli berhari-hari kemudian ada yang beli satu dua sampai punya pelanggan setia.
BRI Pahlawan UMKM
Iya sih aku setuju kalau BRI Pahlawan UMKM, karena memang faktanya begitu. Teman teman bisa browsing sendiri sudah berapa banyak UMKM yang naik kelas berkat BRI.
Tak usah jauh-jauh aku menceritakan orang lain, aku sendiri saja merasa terbantu dengan program BRI ini. Tidak tau lagi jika aku tidak ambil KUR mungkin tokoku akan stagnan begitu saja bahkan menurun mungkin.
Kakakku perempuan kini juga sudah punya Tailor sendiri, pakaian wanita kebaya dan baju pengantin, dulu juga berawal jadi penjahit biasa dan bisa berkembang sejauh ini berkat adanya program KUR BRI. Teman teman yang di Mojokerto ingin menjahitkan seragam pengajian, manten kebaya dan lain lain mungkin bisa kunjungi Nilna Tailor, itu kakakku hhehee
Ibu mertuaku juga konveksinya dijakarta berkembang bahkan sampe bisa beli rumah 2 juga memulai usaha dengan pinjaman di Bank BRI. Dengan begitu ibu mertuaku banyak membuka peluang kerja di tempat konveksinya. Saking lancarnya sampai bank BRI sendiri kadang menawarkan modal lagi.
Gak Bisa Bayar Pake QRIS Gak Jadi Beli
Oya aku juga ada sedikit cerita ketika mengikuti bazar beberapa waktu lalu. mayoritas pengunjung bazar adalah Mahasiswa, Dosen dan masyarakat umum sekitar. Karena memang meskipun Desa, tapi di kota kelahiranku Cepu kota Minyak ini ada kampus Politeknik Energi Mineral MIGAS. Jadi banyak mahasiswa dari luar kota dan daerah.
Kebetulan stand penjualan samping aku adalah stand telor gulung. Beberapa kali ada mahasiswa yang mau beli telor gulung bertanya dahulu,
"Bisa bayar pake QRIS?" dan sang penjual bilang "Gak ada mas"
"Yaudah maaf gak jadi ya.." akhirnya si mahasiswa itu gak jadi beli.
Ya, digitalisasi mengubah gaya hidup kita, bawa uang cash bukan hal yang penting lagi. Yang penting bawa hape. Dan akhirnya mahasiwa itu beralih ke penjual yang menyediakan pembayaran QRIS.
Begitupula denganku. 70 persen pembeli di bazar waktu itu melakukan pembayarannya dengan QRIS. Bener bener kita harus ikutin zaman. Tau gak sih, di era digital saat ini akupun juga sangat terbantu dengan Digitalisasi BRI, adanya aplikasi BRImo yaitu BRI Mobile dari BRI. Rasanya dengan aplikasi ini kita bisa melakukan hampir seluruh kebutuhan payment kita sehari-hari.
Bahkan saat kulakan ke pusat grosir surabaya aku juga gak berani bawa duit banyak. Cukup bawa hape dan semua pembayaran aku bayar menggunakan QRIS. Kalau lagi pengen kulakan sedikit ya belanjanya online saja bayar pun lewat BRImo. Mudah sekali kan hidup ini.
Yuk buat kamu yang masih bingung memulai usaha, semoga cerita aku kali ini bisa menjadi inspirasi. Terimakasih.