Menjadi perempuan yang biasa bekerja dan mendapat penghasilan sendiri, kemudian tiba-tiba harus resign demi menemani Ibu yang baru saja di tinggal Bapak meninggal dunia, secara finansial sungguh rasanya sangat tidak enak. Itu yang aku rasakan saat ini, harus berjuang lebih memutar otak agar bisa mendapat penghasilan tambahan meski hanya dari dalam rumah. Perasaan lebih campur aduk lagi ketika aku tak bisa memberikan bantuan sepeserpun untuk perawatan Ibu yang kini semua di tanggung oleh saudara-saudara aku. Apakah lantas aku berpangku tangan?? Tentu tidak.
Ditambah bulan September lalu tiba-tiba sang kekasih datang bersama orang tuanya memberikan sebuah cincin. Dia mengajak aku untuk menikah. Rasa senang dan bingung campur aduk dalam hati. Senang karena akhirnya kita sampai di tahap ini, semoga Tuhan menjadikan kita berjodoh ke depannya amin. Tapi bingung karena banyak pikiran yang berseliweran di otak.