Dulu, saat masih SMA dan tinggal di asrama pelajar, setiap semester aku mendapatkan beasiswa Rp.200.000. Dengan penuh perjuangan aku ngempet alias menahan diri untuk tidak menggunakan uang itu dan memaksa diriku untuk menyimpannya saja. Selepas SMA tentu aku ingin langsung kuliah. Tapi melihat kondisi orang tua tak memungkinkan aku masuk kuliah tahun itu juga.
Akupun utarakan niat ingin kuliah segera, kepada
Bapak.
“Bapaaak… (sambil glendotan) aku pengen daftar kuliah di Jogjaaaa”
“Iyaaaa pasti noohhh,, anak bapak sing ayu dewee…
nunggu ya kalau bapak dapat rejeki langsung daftar”
“Gak usah nunggu ada rejeki.. ini sudah ada uang buat daftar dan bayar
SPP kalau aku lulus seleksi nanti..”
Meski cukup kaget, Bapak akhirnya merestui aku pergi kuliah ke Jogjakarta, urusan biaya makan dan kos nanti akan aku usahakan sendiri. Alhamdulillah empat tahun lebih sedikit aku pun bisa lulus kuliah dengan predikat cumlaude. inilah keNEKATan ku for the first time.
Coba aku gak nekat nabungin uang beasiswa ku waktu SMA? dan memilih untuk menggunakan uang beasiswa itu untuk jajan, untuk shopping dan lain-lain, aku tidak bakal bisa daftar kuliah.
Coba aku gak nekat nabungin uang beasiswa ku waktu SMA? dan memilih untuk menggunakan uang beasiswa itu untuk jajan, untuk shopping dan lain-lain, aku tidak bakal bisa daftar kuliah.
Alhamdulillah sebelum wisuda aku sudah diterima bekerja di salah satu stasiun Radio di Yogyakarta. Gajinya bisa dibilang enak untuk ukuran pekerjaan yang sangat enak. #lohmaksudepiye? Ya pokoknya cukuplah buat memenuhi kebutuhanku sendiri.
Tapi…………………………………………
Awal tahun 2014 lalu, Bapak sakit dan harus dirawat di Rumah sakit beberapa kali hingga harus menjalani sebuah operasi. Perawatan di Rumah sakit dan biaya operasi bukanlah angka yang sedikit. Sedangkan Bapak dan ibu tak lagi bekerja karena usianya yang sudah senja.
Semua pembayaran dan pembiayaan perawatan Bapak di tanggung oleh ketiga kakakku. Pada pembayaran rumah sakit terakhir, kami
kekurangan dana dan sudah tidak tau harus membayar dengan apa lagi. Aku sendiri tak bisa berbuat apa-apa? Berapa
sih gajiku?? Tidak ada apa-apanya.
Sejak saat itu aku baru sadar, bahwa hidup tidak hanya untuk memenuhi kebutuhanku sendiri, tapi orang-orang di sekitar juga membutuhkan aku.
Sejak saat itu aku baru sadar, bahwa hidup tidak hanya untuk memenuhi kebutuhanku sendiri, tapi orang-orang di sekitar juga membutuhkan aku.
Mungkin bulek (tante) tau keadaan kami. Tiba-tiba bulekku datang dan memberikan dana 10 juta.
“Ini lho nak, kalau kurang pakai
uang bulek saja…”
“Loh bulek… banyak banget ini, bulek
enggak njual apa-apa kan?”
“enggak usah khawatir, itu dana
pensiunnya bulek sama paklekmu”
Aku hanya menjadi saksi bisu ketika Bulek
ku memberikan bantuan dari dana pensiunnya kepada kakakku guna melunasi
pembayaran rumah sakit. Paklek dan Bulek ku itu dahulu memang
bekerja sebagai PNS maka tak heran jika di usia senjanya masih sejahtera. Dalam
hati berkata “enak sekali ya sudah tidak kerja tapi masih punya uang
sebanyak itu”.