Setitik Senyum Itu Bisa Jadi Adalah Jalan Pintas Menuju Surga

By Farichatuljannah - 12:20 PM

 

Siapa sangka uang 100 ribu itu adalah uang terakhir yang mbakku beri padaku. Dan kala itu aku gunakan buat beli paket data internet, dari situ aku bisa mendapatkan pekerjaan sampai saat ini, dan dari pekerjaan itu membuat aku bisa makan, bisa membeli pakaian, bisa membeli mukena, bisa bersedekah, bisa berbakti sama Ibuku. Seandainya kala itu, aku yang gak punya uang, aku gak ada paket data internet, mungkin aku gak bisa menerima tawaran pekerjaan itu. 


***

Masih teringat jelas bagaimana pandemi beberapa tahun lalu yang mengubah banyak hal dalam hidup. Aku yang sehari-hari bekerja di bidang event organizer, otomatis saat pandemi acara-acara pameran besar stop total. Wal hasil aku bener-bener gak ada kerjaan. Berbekal tabungan yang ada, ku jalani hari dengan terus survive.

Sampai pada suatu hari aku benar-benar tidak tau lagi, bangun dari tidur itu mau ngapain bingung, gak ada kerjaan, gak ada motivasi hidup sama sekali, hidup selanjutnya bisa makan atau tidak, aku tak tau. 

Untungnya, kakakku perempuan (Mbak) punya usaha rumahan kecil-kecilan, seperti membuat kue, jajan pasar, dan sejenisnya. Rumahnya hanya beberapa langkah dari rumah aku. Pada masa pandemi kala itu, banyak sekali yang memesan untuk diberikan kepada tetangga atau saudara yang sedang isolasi. 

Atau bahkan mereka yang sedang isolasi karena terkena virus itu, mereka memesan makanan pada kakakku. Tapi yang lebih sering adalah Mbakku rajin sekali mengirim makanan atau kue kepada tetangga-saudara atau siapapun yang sedang isolasi pada saat itu. 

Karena banyaknya pesanan, akupun ikut membantu, dan meski aku adiknya, Mbakku tetap memberi bayaran atas tenagaku. Alhamdulillah bisa buat menyambung hidup. Padahal tiap hari juga kadang makan atau apa-apa aku sudah nebeng ke dia. Baik banget kan.

Oya, Mbakku juga rajin sekali setiap jum'at membagikan makanan untuk jum'at berkah. Jum'at itu, Mbakku membuat burger sampai ratusan untuk jumat berkah. Dari sebelum subuh aku sudah membantu memanggang beef nya, mengemas dan lain sebaginya. Alhamdulillah lancar. 

Tapi malam harinya, Mbakku sakit, tidak enak badan. Mungkin kelelahan. Memang dia suka sekali bikin-bikin kue, tapi juga mudah lelah. Pikir aku, suaminya dan anak-anaknya pun mungkin sakit biasa. 

Tapi beberapa hari berlalu, Mbakku makin gak doyan makan, makin demam dan semua badannya terasa sakit. Sudah dibawa ke dokter dan ke klinik juga tapi tak kunjung sembuh. Pada saat itu biar doyan dia ingin jeruk santang yang jelas manis dan segar. 

Akhirnya siang itu aku belikan jeruk santang. Lalu ku berikan padanya . Setelah memastikan dia makan aku pulang ke rumahku yang hanya beberapa langkah dari situ. Tak berapa lama, anaknya menyusul ke rumahku dan memberikan uang 100 ribu. Padahal bayaran bikin kue kemarin udah dikasih dan belum ngerjain apa apa lagi. Aku tanya "uang apa ini?" trus keponakan aku bilang "buat tante dari mamah". 

Oh yaudah, alhamdulillah. Lalu aku gunakan membeli paket data internet. Tapi tak lama kemudian malam itu sesak nafas. Badannya juga dipegang sakit semua pegel semua. Akhirnya karena gak kuat, kami bawa ke rumah sakit terdekat, tapi naasnya rumah sakit mana-mana full, kala itu Mbakku hanya mendapat bantuan oksigen sebentar di UGD lalu diminta pulang. 


Sebelum itu seperti biasa prosedurnya harus tes dulu positif atau negatif dan ternyata kakakku positif. Tapi rumah sakit tidak bisa memberi pelayanan lebih karena full. Akhirnya disarankan untuk tes yang lebih akurat di lab. Dan suaminya sebelum pulang membawa semua anak-anak untuk tes dan terus mencari rumah sakit yang kosong yang bisa menolong kakakku yang sudah sangat lemas kala itu. 

Sampai akhirnya dapat rekomendasi rumah sakit tapi agak jauh yaitu di Jakarta Timur. Well malam itu juga  dibawa kesana dan langsung dirawat tapi sayangnya tidak boleh ditemani siapapun. Bahkan suaminya dan anaknya yang juga ikut positif meski secara fisik tidak kenapa kenapa, harus isolasi di rumah. 

Hanya aku yang kala itu bisa kemana-mana dan diandalkan, aku yang juga kebetulan punya kakak laki-laki (Mas) di Ciputat, juga aku kabarin kalau Mbak di rumah sakit. Pagi harinya Mbakku WA ke suaminya minta dibawain Thermos air panas, pempes dewasa dan beberapa pakaiannya. 

Karena Mas iparku harus tetap isolasi, aku yang berbelanja dan berencara ke RS. Tapi karena lokasi RS jauh aku telpon Masku buat minta anter, tapi masku kerja dan lokasinya agak jauh, jika tetap jalan kasian Mbakku nanti nunggu kelamaan, akhirnya aku naik taxi online. Dan benar memang siang menuju sore itu Jakarta macet sekali.

Sesampai di Rumah sakit aku langsung menuju ruangannya, tapi benar tak boleh masuk. Hanya bisa menitipkan ke perawat. Tapi Mas iparku pesan untuk menemui dokternya, menanyakan keadaannya. Jujur kala itu susana ruangan berisik sekali, dokter memakai masker sehingga suaranya kurang jelas, ditambah istilah istilah yang ia jelaskan aku tak mengerti. Yang aku tangkap hanya kalimat, semua sudah dikasih yang terbaik ke mbakku, bahkan oksigen dan semua alat adalah yang terbaik. Jadi berdoa saja. 

Woke, akupun pulang sambil menunggu taxi online datang aku membeli siomay, karena lapar. Taxi online datang akupun naik. Di dalam mobil kakak iparku wa, "Ka, Mbak mu kritis, telpon Ibuk ya minta doa" deg! jantungku seketika berhenti, siomay ditanganku jatuh dan seketika dadau sesak air mata ku tak tertahankan. Dalam hati seserius itu kah? Untuk meyakinkan diri aku tanya lagi ke kakak iparku dan terus dapat update dari RS nya "Kritis iku koyo piye mas?" lalu kakak iparku jawab "Gak sadarkan diri, koma" Yiaaaaa Allah makin lemes aku.  

Karena posisi aku menangis, aku gak bisa dong ngomong sambil nangis ke Ibu, Ibu di kampung sendirian aku gak mau ibu kepikiran dan kenapa-kenapa, lalu aku minta Masku buat ngabarin Ibuk aja minta doa. 

Sesampai dirumah badanku masih gemetar, sholat magrib juga gak bisa berhenti berdoa sambil nangis. Sampai jam 12 malam aku belum bisa tidur juga. Sampai jam 1 dini hari saat aku mau memejamkan mata, hapeku berdering. Mas Iparku nelpon tapi pas aku angkat diem aja. Trus ditutup telponnya, trus satu whatsApp masuk.

"ka..."
"opo mas"
"Mbak mu wes gak ono"

langsung pecah teriak dan tangisku memecah kesunyian malam itu. Mana anak-anaknya juga sudah tidur, dan kondisi isolasi, aku tak bisa memeluk siapapun. Lalu masku yang lain, yang rumahnya di Ciputat, tak lama menyusul ke rumahku dan kami pun langsung membaca yasin dan tahlil bersama malam itu juga. 

Tanpa kata, kami semua berdoa, sambil menunggu pagi untuk mengurus semuanya kerumah sakit. 

Pagi itu juga kami mulai memberi kabar kepada tetangga dan semua yang kenal dengan mbakku. Kami juga memastikan, apakah suami dan anak anaknya bisa mengikuti pemakaman. Kabarnya dari kantornya akan memfasilitasi mobil dan APD untuk Mas ipar dan anak anak. Karena itu, aku dan masku berangkat duluan ke rumah sakit karena jaraknya lumayan jauh. 

Pas kami sampai di rumah sakit, malah dapat kabar kalau kantornya gak jadi memfasilitasi mobil. Hanya mengirim APD yang dikirim melalui ojol. Mas iparku juga ada mobil sendiri aslinya, tapi dia sepertinya gak kuat buat menyetir sendiri. 

Lalu , sambil menunggu peti jenazah mbakku keluar, masku terus sibuk menelpon teman kenalan dan siapapun yang bisa dimintai tolong bahkan masku siap bayar mahal untuk nyetirin untuk bawa mas iparku dan anak-anak ke pemakaman. Tapi tak seorangpun bersedia atau bisa. 

Bahkan masku juga menghubungi orang-orang sahabat yang biasa diberi bantuan oleh mbakku tapi tak ada satupun yang bisa. 😭

Setakut itu, orang-orang saat itu. 

Kalau masku balik jemput mereka juga gak bisa karena dari rumah sakit juga gak ada kepastian kapan peti jenazah akan keluar dan siap dimakamkan. Sedang jaraknya rumah dan rumah sakit jauh banget. Wal hasil aku dan masku ya terus standby. Dan mas ipar dan anak anak terpaksa gak bisa ikut ke pemakaman. 

Setelah menunggu setengah hari, akhirnya pemakaman siap, dan peti jenazah mbakku keluar untuk dimasukkan ke ambulance. Kami pun mengikuti dengan mobil terpisah. Sampai pemakaman kamipun tak boleh mendekat. Kami menyaksikan dari jarak sekian meter. Hanya jika sudah ditutup full dengan tanah baru aku dan masku boleh mendekat.


Tak pernah terbayangkan, memakamkan kakak perempuan kami hanya berdua seperti ini. Tanpa kata, sepi tapi gemuruh sekali hati kita, hanya doa yang terus kami panjatkan. 

Hingga pandemi agak mereda, Ibuku dari kampung halaman baru bisa kami ajak ziarah ke pemakaman mbakku. Ibuku yang dari sebelum-sebelumnya tidak menangis, saat sampai pemakaman langsung pecah tangisnya. Dan tak henti menangis. 

Ibu bilang sambil menangis memegang papan nisannya...

"Ya Allah nduk, ibuk lagi ngandel (percaya) kalu kamu sudah gak ada, sama bapak ya nduk disana......" 

Sejak saat itu, hidupku rasanya tak lagi sama...

Mbakku bukan hanya seorang kakak, dia juga orang tua buatku. Karena jarak aku dan dia cukup jauh, aku sudah seperti anaknya. Dari kecil selalu ngintil, sekolah diantar sampe kuliahpun mbakku yang mengantar. 

Setelah kepergiannya, setiap langkahku, setiap jalanku selalu teringat kebaikan- kebaikannya dan itu membuatku menangis. Mengingat betapa baiknya dia. Dan mengapa orang baik cepat sekali perginya.

Jalan Pintas Menuju Surga
Hingga suatu hari aku mendengarkan sebuah ceramah ustadz Oemar Mita tentang Jalan Pintas Menuju Surga. Bahwa setiap amalan itu berbeda-beda nilainya, ada amal yang nilainya biasa ada yang amal yang nilainya begitu besar. 

Ada amal-amal yang ternyata memiliki sifat dan karakteristik yang begitu besar nilai pahalanya, sehingga perjalanan kita menuju surga akan lebih mudah kita dapatkan melalui amal tersebut. 

Mengapa kita butuh amalan besar yang bisa menyegerakan perjalanan kita menuju kepada surganya Allah? ada 3 alasan Pertama karena umur kita pendek. Umur kita tak sepanjang umur umat-umat sebelum sebelum umat Nabi muhammad. Kedua, Umur kita yang sudah pendek itu sudah dikurangi dengan sakit dimana saat sakit kita tidak maksimal melaksanakan ibadah. Dan yang ketiga adalah, iman kita itu fluktuatif. Kadang kita semangat kadang kita kendor imannya

Maka dari itu jika kita hanya mengandalkan amal amal yang standar, takutnya itu tidak cukup bagi kita untuk meraih syurganya Allah. Dikhawatirkan amal buruk kita lebih banyak dari pada amal baik kita. 

Supaya beban amalan baik kita lebih berat, dalam usia yang tidak panjang, dalam usia yang ada sakitnya, ada naik turunnya iman, kita butuh amalan yang bernilai besar yang mampu menyegerakan kita pada surga. 

Karena beramal itu gak hanya beramal saja. Tapi yang paling penting Cerdas dalam beramal itu lebih penting dari pada kita sekerdar beramal. 

Lantas amalan apa itu? Amalan yang berpotensi besar menyegerakan kita menuju surga adalah amalan ketika, bisa memberikan manfaat kepada orang lain. Maka amal itu adalah amal yang begitu besar disisi allah adalah sebagaimana hadist berikut.

Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

 أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ , وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ , أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً , أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا , أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا , وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا 

“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh.” (HR. Thabrani).

Medengar pemaparan tersebut memoriku langsung memutar balik tentang amal-amal baik almarhum mbakku yang tanpa kusadari selama ini yang begitu banyak meringankan urusan orang lain. 

Entah sudah berapa banyak tetangganya yang menghutang padanya yang akhirnya ia bebaskan. Dimana kadang dari ia bebaskan hutangnya itu, menjadikan orang itu bisa lebih bertekad dalam kerja supaya gak sampe utang lagi, malu katanya. Belum lagi kalau ada tetangganya saudaranya terkena musibah beliau pasti terdepan dalam menolong. 

Dan yang paling aku ingat dan kejadian itu di depan mata adalah, saat anak dari ART nya dulu yang seumuran dengan keponakaku pengen juga ikutan TPQ tapi tak ada uang untuk pendaftaran dan bulanannya, mbakku biayain anaknya ART sampe lulus TPQ.

Dan masih banyak kebaikannya yang tidak akan habis aku ceritakan disini. Dan semoga diantara itu semua itu Allah memafkan segala dosa-dosa almarhumah dan semua amal baiknya bisa menjadi jalan pintas menuju surga. Amin

Cemburu sekali aku 😭

Lalu Aku Bercermin
Lantas amal apa yang sudah aku kumpulkan? bahkan amaliyah rutin kewajiban sehari-hari saja masih sering aku tinggalkan. Dunia sudah ku tak punya, masa iya aku juga gak punya tabungan amal akhirat yang bisa mengantarkan aku ke surga?

Aku memang tak sekaya almarhumah mbakku yang mungkin diberi kemudahan untuk membantu orang lain dengan hartanya. Tapi insyaAllah aku juga berusaha selalu berbuat baik semampuku kepada siapapun dengan apapun yang bisa aku lakukan. 

Sampai suatu hari setelah aku melakukan transfer pembayaran tagihan listrik melalui M-Banking, setelah transaksi ada pilihan untuk berinfaq. Biasanya memang selalu muncul pilihan infaq ini setiap kali habis transaksi, tapi entah kenapa kali ini aku gak langsung skip. Sejenak aku merenung, bismillah, aku ingin infaq disini ah hati kecilku berbisik. Lalu aku langsung isi saja semampuku saat itu. Disitu kita juga bisa memilih beberapa lembaga tempat dimana kita mau berinfaq.




Dan aku lihat ada pilihan Dompet Dhuafa, yaudah aku melimilih berinfaq di dompet dhuafa saja. Dan ternyata beramal dengan cara ini gak harus nunggu kaya banget dulu lho, kita bener bener bisa infaq semampu kita, bahkan mampunya cuma 10 ribupun bisa.

Jujur saja, daripada memberikan uang receh kepada pengemis yang minta-minta di jalanan itu, menurutku lebih baik memberikannya ke dompet dhuafa, agar yang sedikit dari aku itu bisa benar-benar bermanfaat dan tersampaikan. Karena di Dompet Dhuafa tu apa yang kita berikan benar-benar untuk memberdayakan masyarakat dhuafa. 

Berapa sii kita biasanya kasih pengemis jalanan itu, yang kadang ternyata dia pulang pake motor gede yang ternyata di kampung rumahnya gedongan. Mending infaq in ke Dompet dhuafa. 

Emang bisa 2000 di infaq in ke dompet dhuafa? Bisa banget ini buktinya.




Ibarat kata, melalui dompet dhuafa itu apa yang kita keluarkan, apa yang kita berikan bisa menjadi kail. Jadi kita tidak memberika ikannya, tapi berikan kailnya. 

Kenapa begitu yakin dan percaya saja menginfaqkan melalui Dompet Dhuafa? 

Karena aku melihat sendiri bagaimana Dompet Dhuafa benar-benar mendayagunakan zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF) serta dana sosial lainnya baik dari individu, kelompok, maupun perusahaan yang terkelola secara modern, amanah dan sangat baik sehingga mampu mengangkat harkat sosial masyarakat dhuafa.


Salah satu yang aku saksikan sendiri dengan mata kepalaku adalah Perkebunan Indonesia Berdaya di Subang. Perkebunan buah naga, nanas, dan lain lain yang merupakan aset wakaf produktif yang dikelola Dompet Dhuafa.


Jika selama ini yang kita tahu tentang wakaf masih seputar seputar 3M yaitu Masjid, Makam, dan Madrasah (sekolah). Lalu mindset kita kalau wakaf kudu punya uang banyak dulu, kaya dulu. Bersama Dompet Dhuafa wakaf gak harus nunggu kaya dulu. Bahkan Wakaf oleh Dompen Dhuafa juga bisa menjadi lebih produktif seperti Perkebunan Indonesia Berdaya ini.


Bayangkan perkebunan hasil dari wakaf tersebut dikelola oleh petani sekitar dan didampingi oleh  Dompet Dhuafa agar bisa berkembang menjadi masyarakat mandiri. 


Hasil dari perkebunan digunakan untuk dana sosial. Pekerja kebun, juga pengembangan lahan perkebunan agar lebih produktif lagi sehingga bisa memberikan manfat yang banyak untuk orang-orang yang membutuhkan.  





Perkebunan Indonesia berdaya ini selain menghasilkan buah-buahan juga menjadi destinasi wisata perkebunan yang asik banget. Pengunjung bisa jalan jalan memetik buah langsung lalu ditimbang. Oya buah disini bisa manisnya enak banget. Ternyata mereka menggunakan pupuk organik jadi enak buahnya.


Gak cuma bisa merasakan serunya memetik buah sendiri. Di Perkebunan Indonesia Berdaya ini juga bisa dijadikan lokasi camping atau acara gathering gitu. Karena disini juga menyediakan beberapa kamar untuk penginapan, mau pake tenda juga ada.  Kalau orang Jakarta yang kesini pasti keasikan dan ogah balik hahaaa habis suasananya ademmmm banget!


Bayangkan, uang yang kita wakafkan bisa menjadi seproduktif ini, masyarakat sekitar yang mungkin sebelumnya tidak bekerja kini bisa bekerja di perkebunan, mendapatkan berkahnya, bisa mendapatkan pendapatan dari perkebunan itu. Bayangkan....


Apa gak pengen, hal-hal bermanfaat seperti ini menjadi jalan pintas kita menuju surga? 


CERDAS BER-AMAL

Seperti apa yang disampaikan ust Umar Mita, kalau kita ingin beramal. Maka cerdaslah beramal, agar amal kita ini kelak menjadi jalan pintas kita menuju surga. 


Dan setelah aku pikir-pikir bersama Dompet Dhuafa ini adalah cara cerdas beramal. Mulai dari Zakat, Infaq, Sodaqoh, Wakaf, Kurban dan Kemanusiaan. Segala amal baik yang berkelanjutan dan mampu menciptakan senyum orang lain ada di Dompet Dhuafa. 


Selain infaq yang bisa kita berikan sekecil apapun nominalnya melalui dompet dhuafa dan juga wakaf produktif yang di kelola dompet dhuafa hingga meluas lagi manfaatnya, aku juga sangat respek dengan program Kurban di dompet dhuafa. 


Kalian pasti pernah mengalami saat momen idul adha dapat daging kurban banyak. Dari masjid ini ngasih, dari sana sini ngasih. Akhirnya numpuk. Past kita juga pernah menjumpai masyarakat atau masjid-masjid di wilayah yang relatif makmur, ada kecenderungan untuk membagi sebagian besar daging qurban di wilayahnya masing-masing.

Hal tersebut menyebabkan terjadinya kelebihan stok di daerah banyak kurban dan perkotaan. Sementara daerah pelosok yang secara ekonomi tergolong miskin tidak turut menikmati daging korban yang diinginkannya. Sedih banget bukan.

Tau gak kenapa bisa begitu? mungkin karena informasi tentang daerah-daerah minus dan pelosok yang selama ini masih belum terjangkau penyaluran bagian daging qurban dari daerah lain.

Nah hebatnya dompet dhuafa ini, mereka bisa menjangkau sampai ke seluruh pelosok negeri. Sampai ke daerah-daerah pelosok yang jarang menerima hewan kurban, sampai di daerah-daerah yang terisolir, Dompet Dhuafa bisa sampai kesana menyampaikan hewan-hewan kurban kita semua. 

Salah satunya di daerah terisolir Grobogan. Wah aku tau banget siii ini daerah pelosok banget. Karena tempat tinggalku di Cepu Blora Jawa Tengah, jadi dikit banyak tau lah wilayah tetangga ini. Pedalamannya Blora aja begitu kebayang banget sii bagaimana daerah Padas ini. 


Dan ini para pejuangan para volunteer Dompet Duafa dalam membagikan hewan kurban di daerah pedalaman yang harus melewati hutan jati jalan sungai kering penuh batu, hingga akhirnya bisa sampai mengantarkan dari satu rumah ke rumah lain hewan kurban. Dan lihat betapa senangnya mereka. Senyuman mereka akhirnya bisa memasak sop daging dan rendang yang selama ini jarang bahkan gak pernah.

MasyaAllah, seandainya besarnya pahala ini diperlihatkan secara nyata, setiap manusia pasti akan berlomba lomba membuat orang lain senyum dengan meringankan bebannya dan berbagi kebahagiaan bersama mereka. 

Gak cuma di Grobogan saja, Dompet Dhuafa juga menyebarkan ke daerah pelosok lainnya di negeri ini. Dan ini sekelumit info data sebaran hewan kurban saat idul Adha kemarin.





Adapun hewan kurban 2024, sebanyak 27.470 setara domba/kambing yang telah berhasil didistribusikan.
THK tahun ini juga berhasil menyasar sebarannya ke 30 Provinsi di Indonesia dengan jangkuan hingga 168 Kabupaten/Kota dan 4 Mancanegara yakni Palestina, Somalia, Timor Leste, dan Myanmar dengan jumlah penerima manfaat mencapai 1.918.140 jiwa.

MasyaAllah luar biasa bukan?

Dompet Dhuafa yang memiliki lima pilar program, yaitu Kesehatan, Pendidikan, Ekonomi, Sosial, serta Dakwah dan Budaya. Dan selama 31 tahun ini sudah banyak sekali masyarakat yang menerima manfaatnya dari program-program Dompet Dhuafa.

Teman-teman yang ingin melihat bagaimana kiprah dompet dhuafa dan bagaimana Dompet Dhuafa ini sangat transparan terhadap semua kegiatannya, teman-teman bisa chek sendiri di sini dan di sini

Namun secara garis besar saja bisa kita lihat dalam infografis dibawah ini betapa banyak yang sudah merasakan manfaat dari program-program dompet dhuafa.




Bayangkan sebanyak itu penerima manfaat yang diterima masyarakat dan manfaatnya bukan hal yang sekali habis, tapi yang sifat-sifat manfaatnya berelanjutan. Bayangkan sederas apa pahala yang mengalir kepada para donatur dan semua amil, volounteer dan semuanya yang terlibat didalamnya.

Jalan pintas banget menuju surga bukan? Sungguh aku iri 😭

Semoga kita semua bisa menemukan jalan pintas menuju surga. Amin





“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog 31 Tahun Dompet Dhuafa Melayani Masyarakat”





Referensi:


dompetdhuafa.org 

X/Twitter : @dompetdhuafaorg

Instagram : @dompetdhuafaorg

Facebook : Dompet Dhuafa

  • Share:

You Might Also Like

16 comments

  1. Keren kak. Emang mencari sosok yang baik dan tulus itu susah untuk zaman sekarang ini. Apalagi banyak timbal balik yang harus kita ngerti....



    Newsartstory

    ReplyDelete
  2. Pengalaman untuk dijadikan perenungan yang luar biasa.. beruntung yah kak bisa bersanding dengan kaluarga/sodara yang memiliki kepedulian tingga seperti mbaknya ini. Semoga Allah terima segala amal ibadahnya dan mengampuni segala dosanya, Aamiin.

    ReplyDelete
  3. Pengalaman untuk dijadikan perenungan yang luar biasa.. beruntung yah kak bisa bersanding dengan kaluarga/sodara yang memiliki kepedulian tingga seperti mbaknya ini. Semoga Allah terima segala amal ibadahnya dan mengampuni segala dosanya, Aamiin...

    ReplyDelete
  4. Allohummaghfirlahaa warhamhaa wa’aafihaa wa’fu ‘anhaa... Makasih mbak, sudah berbagi cerita inspiratifnya. Saya sepakat sekali jika kita harus terus bergerak dan bisa memberikan manfaat kepada orang lain

    ReplyDelete
  5. Aku baca ini keinget alm. kakak pertama sama ibuku. Dua duanya meninggal dalam jarak waktu seminggu. Setelah ibu meninggal, dapat tiga hari kakak pertama masuk RS dan meninggal empat hari kemudian. Padahal semalam sebelumnya masih asik nelepon sama vc, pagi udah gda. Umur enggak ada yang tahu, beramal bisa jadi salah satu cara yang baik untuk mencari jalan ke pintu surga. Semoga kakak mbak damai di sana ya. :)

    ReplyDelete
  6. Al-Fatihah untuk Mbaknya yaa, Kak. Semoga tenang 😊 Baik banget semasa hidup Mbaknya, pasti banyak yang doain, dan malah jadi renungan juga buatku untuk selalu baik ke orang lain. Keluargaku semuanya juga sempat kena covid, tapi alhamdulillah bisa pulih dan sehat lagi. Bener-bener tahun yang berat buat semua orang ya waktu itu

    ReplyDelete
  7. Terima kasih sharing pengalamannya kak.. Duuh ..jadi terenyuh membaca kisah kehilangan mbaknya dan terketuk utk lebih banyak beramal. Terima kasih ya..

    ReplyDelete
  8. turut berduka cita ya mbak untuk mbaknya. innalillahi wa inna ilaihi rajiun.. aku jadi inget uwakku yg hari ini haul 3 tahun meninggal krn sakit covid juga. :'(

    ReplyDelete
  9. Di antara tantangan dalam memberi adalah bagaimana kita bisa dewasa menyikapi prilaku tidak menyenangkan dari yg kita tolong. Itu akan memancing kita untuk menyakiti. Beratnya di sini. Sungguh hebat orang yang mampu tetap baik, dan yang diberi pun bisa menjaga keikhlasan orang yang memberi.

    ReplyDelete
  10. Turut berduka cita untuk Mbaknya. Insya allah beliau orang baik.

    Tapi kadang ada saja yang kalau sudah dibebaskan utang pun, orangnya tetap ngutang. Malah kesenangan.

    ReplyDelete
  11. Ya Tuhan aku turut berduka cita mbak. Dulu pas korona aku juga lagi sakit dan di rumah saja, alhamdulillah aku sehat sampai sekarang.

    ReplyDelete
  12. al fatihah buat almarhum kakaknya, ya, mbak. memang kalau dari yang saya dengar kita itu sebaiknya punya amalan yang rutin dilakukan setiap hari yang insyaAllah bisa membantu kita di hari akhir nanti

    ReplyDelete
  13. Inspiring banget kak kisahnya. Aku jadi ikut terhanyut. Dan ternyata memang dompet dhuafa memfasilitasi kita untuk berderma dengan sangat mudah.

    ReplyDelete
  14. Inspirasi dari kakak rahimahullah yaitu sedekah di hari Jumat yang penuh keberkahan, bisa jadi contoh teladan untuk diterapkan ya

    ReplyDelete
  15. Ya Allah, jadi throwback masa-masa covid. Nggak menyangka penyakit itu pernah ada dan alhamdulillah sekarang kita udah bisa menjalani kehidupan dengan normal. Turut berduka cita atas meninggalnya saudara kakak. Terima kasih atas tulisannya, jadi tahu tentang dompet dhuafa.

    ReplyDelete
  16. Turut berduka cita, kak.
    Inna lillahi wa inna lillahi rajiun.

    MashaAllaa~
    Tulisannya kembali mengingatkan kita semua untuk bersegera berbuat kebaikan. Jangan ditunda. Apalagi kini ada Dompet Dhuafa yang memudahkan dalam melakukan kebaikan.

    ReplyDelete

Silakan komentar