Jakarta, apa yang terbayang tentang kota ini? Gedung
tinggi? Rumah elit? Rumah kardus, rumah sempit ? anak jalanan di bawah
jembatan? Yah, semua memang ada di Jakarta, dari surga sampai neraka ada
disini.
Doc Pribadi: Potret Rumah di Kampung di Jakarta. Gang sempit, Rumah dempet-dempet |
Aku
yang dulu hanya menyaksikan kota ini dari layar televisi, aku tak menyangka
kini aku menjadi bagian dari orang-orang yang tinggal di RSSS ini. Aku menikah
dengan suamiku dan kami terpaksa harus tinggal dengan orang tuanya sementara,
sembari kami menabung untuk membeli rumah sendiri di sekitar JABODETABEK ini.
Kami sering sekali mengecek harga-harga rumah di kawasan Depok Tangerang dll
melalui rumah.com tapi lagi-lagi tabungan kami belum cukup.
Doc Pribadi: Cari Rumah di Tangerang |
Pada hari-hari biasa kami jarang sekali makan
bersama. Karena kegiatan dan aktifitas masing-masing. Bapak yang kerja, Mama
juga sibuk dengan dagangannya, adik sibuk kuliah, adik yang masih kecil juga
lebih sering main di luar dengan teman temannya.
Doc Pribadi: Sahur Di Ruang Utama Serba Guna |
Saat Ramadhan semua menjadi istimewa, kami yang
jarang makan bersama (selain tak ada waktu juga tak ada ruang atau meja makan
di rumah ini) kini di bulan Ramadhan lebih banyak waktu bersama keluarga. Mulai
dari sahur bersama, buka bersama, tarawih bersama hingga tadarus bersama.
Doc Pribadi: Sahur Di Ruang Utama Serba Guna |
Sayangnya rumah mertua saya adalah rumah mungil kecil yang tak banyak ruangan. Lantai satu hanya satu ruangan yang multifungsi. Untuk ruang tamu, ruang makan, dan ruang nonton TV. Mama mertua juga kalau meracik bumbu masakan disini. Dapur hanya selebar kompor double dan cukup untuk 2 orang berdiri.
Doc pribadi: Kamar Mungil di Lantai 2 Rumah |
Kemudian di rumah ini ada Lantai dua, disana
ada dua kamar mungil dan satu space cukup untuk sholat berjamaah berdua.
Kemudian lantai tiga ada satu kamar dan satu ruangan los serbaguna. Di lantai 3
ini kami sering melakukan sholat jamaah sekeluarga setelah berbuka puasa,
sholat subuh bersama saat setelah sahur.
Saat
Ramadhan Rumah ini berisik sekali.
Doc Pribadi: Tangga Rumah enuju lantai 2 |
Masih belum pada bangun juga. Suaranya jelas sekali Mama mulai melangkahkan kaki menapaki setiap tangga kayu menuju lantai dua dan tiga untuk membangunkan adik adik yang super susah bangunnya. Tek tek tek tek.... “Sambil teriak bangun sahur sahuurrr!”
Tak lama kemudian adik pun turun ke lantai satu
untuk sahur, saat sahur pun pasti ada saja yang diminta. Sudah ada teh, minta
es Jeruk. Sudah ada nasi putih minta nasi goreng. Sudah ada tempe minta telur
dadar. Hemm karena adik masih duduk di kelas 4 SD ini sangat kuat puasanya
sampai sehari full, maka mama mertua pasti saja menurutin permintaannya. Kadang
mama malah bikin menu lebih dari tiga. Karena Bapak, mama, suami saya, adik-adik
sukanya beda-beda. Maka tak heran jika banyak sekali makanan yang tersaji di
lantai *bukanmejamakanlhoo hehehe
Doc Pribadi: Aneka Makanan di lantai |
Setelah
sahur, sholat subuh suara nyaring Mama mertua membaca Al-Qur’an di lantai satu
ruang serbaguna tadi, rasa-rasanya terdengar sampai satu RW. Begitulah nada ‘backsound’
pagi hari rumah mungil ini di bulan Ramadhan. Setelah mengaji biasanya Mama
sudah berangkat ke pasar beli bahan masakan untuk buka puasa. Kadang juga pergi
ke Tanah abang untuk belanja baju-baju yang akan di jual.
Setelah dzuhur Mama sudah mulai sibuk di dapur.
Mama hobi sekali masak dengan macam yang banyak di dapur yang kecil ini. Tak
adanya ventilasi atau jendela di dalam rumah membuat aroma-aroma masakannya memenuhi
rumah mungil ini bahkan sampai ke tetangga-tetangga. Godaan puasa… :D
Doc Pribadi: Dapur yang sangat sempit di Rumah |
Adik ipar yang masih SD itu pasti juga
ngerecoki mama, request ini dan itu untuk menu buka puasanya. Mama tak akan
sanggup menolak meski kadang mama marah-marah karena di recokin. Karena kalau
bukan bulan Ramadhan Mama jarang masak, lebih sering cari makan sendiri-sendiri
karena masing-masing punya kegiatan dan kerjaan. Ah pokoknya rame kalau sudah
mulai masak dan makan.
Begitu pula saat buka puasa menjelang, adik dan
suamiku pasti rebutan gelas sendok dan es, cepat-cepatan ambil, padahal stoknya
banyak juga, dasar suami saya aja yang sukanya usil godain adiknya. Moment
seperti ini tak akan ada di bulan-bulan biasa. Meski rumah kami sangat sempit
sekali, tanpa meja makan, tapi keseruan berbuka dan ber Ramadhan di rumah kecil
ini pasti akan sangat saya dan suami rindukan saat sudah punya rumah sendiri
nanti.
Kami selalu bersyukur dan rumah yang sempit dan tanpa meja
makan ini menjadi sangat luas dan menggembirakan. Karena bahagia itu
letaknya di hati
1 comments
alhamdulillah, selamat ya tulisannya jadi juara nih :)
ReplyDeleteberkah ramadhan. btw sahur dengan menu dan suasana nyaman di rumah itu bahagianya tiada dua di dunia ^^
Silakan komentar