Judul :
Tolong
Dengarkan Aku
Penulis :
Bunda
Ve
Penerbit :
Gramedia
Cetakan :
I,
2014
Tebal :
212
halaman
ISBN :
978-602-02-2981-2
Saat anak mulai dianggap “nakal” atau tak sengaja
melakukan kesalahan, orang tua seringkali egois, meluapkan amarahnya tanpa
mendengarkan apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana perasaan anak.
Dikisahkan dalam buku
ini, Tommi adalah seorang anak kelas 2 SD yang berhasil membeli sepeda dengan
menyisihkan uang sakunya sendiri setiap hari. Tetapi apa yang terjadi, saat
bermain di rumah Didi, sepeda yang baru dibelinya hilang di rumah temannya
bernama Didi.
Tommi dan Didi sudah mencarinya kemana-mana tapi
tak membuahkan hasil. Didi pun melaporkan ke orang tuanya agar bersedia
membantu mencari, tapi orang tuanya justru memarahinya. Tommi pun berkata dalam
hatinya, apakah semua orangtua akan bersikap sama? Benar saja, sesampainya di rumah
mamanya memarahinya ditambah sang ayah menghukumnya untuk masuk ke dalam kamar.
Bukankah hilangnya sepeda baru sudah cukup menyiksa bagi Tommi? Ia pun ingin
memeluk mamanya namun mengapa orang tuanya malah memarahi dan menghukumnya??, (hlm
2-20).
Tidak hanya kisah Tommi, banyak kisah anak-anak
yang ingin didengarkan, yang ingin dimengerti perasaannya. Hal-hal kecil yang
sering para orang tua abaikan tapi ternyata itu adalah hal yang sangat berharga
bagi anak.
Ada pula kisah Cindy yang tak mau menerima
ayahnya dalam hidupnya, karena baginya ayahnya hanya manis di mulut. Ayahnya
yang sering kerja di luar kota hanya selalu berjanji untuk menemaninya bermain tapi
tak pernah ditepati. Saat Ayahnya pulang ke rumah, Cindy menunggu dan menunggu
Ayahnya menyelesaikan membersihkan mobil, membenarkan genting atau banyak hal
lain mengerjakan pekerjaa rumah. Setelah semua pekerjaan Ayahnya selesai,
Ayahnya selalu beralasan capek dan tidak bisa menemaninya untuk bermain.
Ayahnya berjanji lagi, lagi dan lagi akan
menemaninya bermain tapi setelah menunggu dalam waktu yang lama Cindy pun
kecewa lagi. Baginya Ayah selalu sibuk dengan barang-barang kesayangannya tak akan
pernah menepati janjinya untuk bermain dengannya. Alhasil ketika Cindy tumbuh
besar ia tak percaya pada orang dewasa, tak peduli sekitarya dan melakukan hal
sesuka hatinya. “Bermain bersama anak sesungguhnya adalah sarana untuk
menjalin kedekatan dengan anak”, (hlm 22-47).
Satu lagi
kisah dalam buku ini yang mungkin membuat kita terkejut dengan pemikiran seorang
anak. Bobby, seorang anak yang merasakan bahwa “Sakit itu Nikmat” karena ketika
ia sakit ia terbebas dari kekerasan mamanya saat belajar dan mengerjakan PR. Ia
menjadi lebih diperhatikan dan sikap mamanya lembut serta mau menemani ia tidur
di kamar. Meski terkadang Bobby bingung sebetulnya ia ingin sembuh dan bertemu
teman di sekolah tapi ia juga takut kalau ia sembuh takut mama bersikap keras
padanya, (hlm 129-140).
Semua kisah anak-anak yang ingin dimengerti
perasaannya dalam buku ini bukanlah fiktif belaka, melainkan penulis ambil dari
pengalamannya dalam mendampingi anak-anak. Membaca buku ini akan membuat
pembaca sadar bahwa sebagai orang dewasa terkadang kita tidak adil pada
anak-anak dan belum sepenuhnya mengerti perasaan mereka.
“Kemarahan kadang perlu diperlihatkan
untuk membuat anak menyadari kesalahannya, namun bukan dengan mengumbar
kemarahan tanpa memikirkan akibatnya”. Itulah
salah satu petikan pesan dari buku ini. Bacalah buku ini sebelum anak-anak
menjauh dan menutup diri. Banyak renungan dan pelajaran betapa penting sebagai
orang tua bisa menjadi sahabat dan duduk sejajar dengan anak-anak agar mampu
mendengar suara hati dan perasaan mereka. Dalam buku ini juga diajarkan
bagaimana solusinya agar orang tua bisa menjadi sahabat bagi anak.
*) Diresensi Farichatul
Jannah, Anggota Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN), Tinggal di Yogyakarta.
Resensi ini telah di muat di surat kabar harian Kedaulatan Rakyat Edisi Minggu 22 Juni 2014
6 comments
duh, jleb banget bacanya...
ReplyDeleteBagus Mak, jadi pengen beli
ReplyDeletengena banget mak, jadi pengen beli
ReplyDeleteBaca postingan di sini tentang hubungan anak dan orangtua, trus baca postingan mak Ida juga tentang anak dan orangtua, jadi bisa belajar, kalau orangtua itu memang harus punya berjuta-juta ilmu buat mengapresiasi anaknya :)
ReplyDeleteNice sharing
Kalo baca tentang perasaan anak-anak, jadi gerimiisss... Sekarang mereka sdh besar2 dan saya merasa belum cukup berbuat untuk mereka di saat mrk kecil. Jadi penasaran euy!
ReplyDeleteah, resensi yang keren..
ReplyDeleteSilakan komentar