(Sebuah Refleksi Hari Air Sedunia)
Krisis Air dan Krisis Sanitasi
Oleh : Farichatul Jannah
Krisis Air dan Krisis Sanitasi
Oleh : Farichatul Jannah
Peringatan Hari Air Sedunia (World Water Day) yang tepat jatuh pada tanggal 22 Maret 2008 patut dijadikan sebagai bahan refleksi secara fundamental oleh segenap masyarakat indonesia dan dunia International untuk bisa mengambil hikmah atas keberadaan air, yang memiliki peran dan fungsi bagi kehidupan umat manusia.
Air mineral merupakan sumber kehidupan umat manusia dan budaya kehidupan masyarakat di seluruh dunia, kini berada dalam ancaman. Pada tahun 1998 saja, 208 negara mengalami kekurangan air. PBB memperkirakan 2,7 milyar penduduk bumi kekurangan air minum pada tahun 2005.
Di Pulau Jawa, misalnya, pada tahun 2000 saja ketersediaan air hanya 1.750 meter kubik per kapita per tahun. Hal ini jauh di bawah standar kecukupan minimal, yakni 2.000 meter kubik per kapita per tahun. Jumlah ketersediaan air itu akan makin merosot menjadi 1.200 meter kubik per kapita per tahun pada 2020. Pulau-pulau besar lain yang bakal menghadapi kelangkaan air adalah Bali, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan.
Fenomena tersebut semakin disadari karena lima tahun terakhir ini suhu bumi jauh lebih panas dari pada masa lima tahun manapun dalam 12.000. Ketika saat ini panas suhu bumi semakin naik inilah yang disebut peristiwa pemanasan global (global warming) yang akan semakin mengancam keberlanjutan bumi dan menyebabkan kehancuran alam kita.
Karena itu, upaya penghematan terhadap air sangat diperlukan oleh pemerintah pusat, PDAM dan masyarakat. Pertama, pemerintah pusat harus sering-sering mengalakkan upaya gerakan penyelamatan dan penghematan air, melalui spanduk, baliho, brosur, atau iklan di televisi. Karena bagaimanapun, tindakan itu juga akan berdampak positif kepada masyarakat dalam rangka menggalakan gerakan hemat air. Yakni dengan selalu memegang prinsip-prinsip keterpaduan, kesetaraan dan berkomitmen untuk menerapkan penyelenggaraan pengelolaan sumber daya air yang adil, efisien dan berkelanjutan.
Kedua, pihak perusahaan daerah air minum (PDAM) harus juga memanfaatkan air bawah tanah sebagai tumpuan pemenuhan air bersih. Selain itu, PDAM harus melakukan pengecekan berapa air yang telah dikeluarkan untuk masyarakat setiap bulannya, apakah air bersih masih mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang akan datang, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk tiap tahunnya. Hal itu perlu dipikirkan oleh pihak PDAM masing-masing daerah. Pihak PDAM harus sering melakukan dan pengontrolan pipa jika kemungkinan ada air yang bocor, sehingga pemborosan pun bisa direduksi dan diminimalisir sejak dini.
Ketiga, masyarakat harus menggunakan air bersih seperlunya untuk kebutuhan primer, seperti untuk minum, cuci pakaian dan mandi seperlunnya. Bila, penghematan tidak dilakukan sejak dini kemungkinan krisis air akan mengancam bangsa Indonesia.
Krisis Sanitasi
Krisis sanitasi kini melanda rakyat Indonesia, banyak warga negara Indonesia terutama yang tinggal di pemukiman dan pinggiran sungai-sungai di kota-kota besar seperti di Surabaya, Jakarta, Semarang dan Yogyakarta. Hal itu merupakan dari problem sosial dan menjadi tugas tanggung jawab pemerintah pusat yang harus segera diselesaikan secara komprehensif guna menciptakkan iklim kehidupan yang bersih, nyaman dan sehat.
Belum lagi, bencana banjir yang akhir-akhir ini sering terjadi di beberapa daerah di Indonesia menyebabkan sanitasi air menjadi kotor, banyak orang yang menggunakan air kotor untuk mandi, membersihkan badan, bahkan untuk cuci pakaian, dan minum. Hal itulah yang bisa menyebabkan timbulnya banyak penyakit kulit, demam berdarah, sehingga menimbulkan kematian pada seseorang.
Karena itu, masyarakat harus mampu mengonsumi air bersih demi menjaga kesehatan, air bersih adalah bagian dari kehidupan. Kita seringkali tidak menghiraukan apakah itu air bersih atau tidak. Padahal, fungsi air yang bersih akan mampu menciptakan kehidupan yang sehat. Kebersihan adalah pangkal dari keimanan umat manusia.
Berdasarkan data UNDP, Indonesia termasuk negara yang mundur dalam hal pencapaian UN Millennium Development Goals (MDG) khususnya untuk mengurangi separuh proporsi penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air minum dan sanitasi dasar dalam 2015. Tercatat sekitar 100 juta penduduk Indonesia tidak/ belum punya akses terhadap air yang aman untuk dikonsumsi, bahkan semakin hari semakin terasa air makin sulit dan langka.
Ada beberapa faktor yang perlu dilakukan oleh pemerintah pusat dan PDAM serta masyarakat dalam mengatasi sanitasi yang buruk. Pertama, pemerintah pusat harus memberikan kepedulian kepada masyarakat yang tinggal di pemukiman sungai-sungai, dengan cara memberikan pasokan air bersih demi menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan secara bersama. Selain itu, pemerintah pusat harus juga menggalakan kebersihan terhadap sungai-sungai yang kotor.
Kedua, pihak PDAM juga harus melibatkan seluruh stakeholder dalam pengelolaan yang terpadu dan mengupayakan “ pembayaran penuh” (full-cost) pada setiap layanan air, serta meningkatkan pembiayaan untuk riset dan inovas tentang pengelolaan air bersih. Melainkan juga, meningkatkan kerjasama untuk sungai-sungai yang ada di Indonesia untuk pembangkit listrik tenaga air sebagai upaya reproduksi menjadi air bersih dan sehat dengan mengutamakan penghematan air untuk masa depan keberlanjutan generasi mendatang (sustainability).
Ketiga, masyarakat juga harus menjaga kebersihan air. Bahkan Thales, seorang sfilsuf Yunani tertua yang berpendirian bahwa apa saja yang ada tersusun dari air, menaruh keyakinan alam kodrat merupakan semacam makhluk hidup, seperti halnya hewan, “ mempunyai jiwa”. Karena itu, air juga harus kita perlakukan layaknya sebagai manusia dan hewan yang harus selalu di perhatikan keberadaannya.
Dengan demikian, air dan sanitasi, merupakan faktor-faktor utama di dalam mengentaskan kemiskinan dan kelaparan demi pembangunan yang berkelanjutan dan menjaga kebersihan demi integritas lingkungan dan kesehatan manusia. Untuk menghindari dari krisis air dan krisis sanitasi, kita hanya bisa berharap kepada pemerintah pusat, pihak karyawan PDAM dan seluruh elemen masyarakat untuk bisa melakukan penghematan terhadap pemakaian air bersih dan menjaga sanitasi yang kotor, agar menjadi lebih bersih dan sehat. Sehingga keberlanjutan kehidupan umat manusia bisa terlindungi dari bahaya ancaman kekurangan air bersih.
0 comments
Silakan komentar